Dari Sa'id bin Musayyab Radhiyallahu anhu, bahwa ia melihat seseorang mengerjakan lebih dari dua rakaat shalat setelah terbit fajar. Lalu beliau melarangnya. Maka orang itu berkata, "Wahai Sa'id, apakah Allah akan menyiksa saya karena shalat?", lalu Sa'id menjawab :"Tidak, tetapi Allah akan menyiksamu karena menyalahi sunnah"

[SHAHIH. HR Baihaqi dalam "As Sunan Al Kubra" II/466, Khatib Al Baghdadi dalam "Al Faqih wal mutafaqqih" I/147, Ad Darimi I/116].



APAKAH NERAKA KEKAL ?

Share/Bookmark
Posted By Abu Ayaz

Kategori :

Sudah di lihat :



Pertanyaan :

Sepanjang yang saya ketahui, sudah menjadi keyakinan yang pasti dari aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah, walau bagaimanapun besar dosanya asalkan masih punya iman meskipun sebesar biji zarrah, dia tidak akan kekal di neraka, pada saatnya nanti dia akan dikeluarkan dan dimasukkan ke surga. Sedangkan yang tetap tinggal di neraka selama-lamanya adalah orang kafir, munafik, musyrik, iblis dan setan. Dan adzab neraka bagi mereka yang kafir tersebut bersifat kekal, tidak akan musnah atau sirna sebagaimana kenikmatan surga yang kekal abadi. Dan i’tiqad (keyakinan -ed.) ini sudah menjadi keyakinan yang mantap bagi semua kaum muslimin.

Tetapi ada keanehan yang saya jumpai dalam kitab Dr. Yusuf Qardhawi (هدي الإسلام فتاوى معاصرة) yang edisi bahasa Indonesianya berjudul “Fatwa-Fatwa Kontemporer Jilid 2” terbitan Gema Insani Press halaman 265-274, bahwa disebutkan tentang pendapat Ibnul Qayyim yang berbeda dengan aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah tentang kekalnya adzab neraka. Dr. Yusuf Qardhawi menyebutkan kitab dari Ibnul Qayyim Arwah al Afrah halaman 254-280 dan kitab Syifa’al ‘alil fi Masa il al Qadha’wa al Qadar wa at Ta’lil halaman 252-264, dalam kitab-kitab beliau tersebut Ibnul Qayyim menguatkan pendapat yang mengatakan bahwa neraka mempunyai batas waktu dan ia akan berkesudahan sampai di sana, kemudian dimusnahkan oleh Tuhan yang menciptakannya. Beliau ber-hujjah dengan ayat-ayat al-Quran yaitu surat an- Naba’ ayat 23, surat al-An’am ayat 128, surat Hud ayat 107, dan pendapat dari para sahabat yaitu Umar, Ibnu Mas’ud, Abdullah bin Amr bin Ash, Abu Hurairah, Abu Sa’id al-Khudri, Ibnu Abbas, serta pendapat dari kalangan tabi’in seperti as-Sya’bi, Abu Miljaz, Ishaq bin Rahawaih.

Beliau (Ibnu Qayyim) juga menyangkal adanya pendapat yang mengatakan bahwa kekalnya adzab neraka itu sudah merupakan ijma’. Dan pada akhir pembahasannya Ibnu Qayyim cenderung menyerahkan masalah ini kepada kehendak Allah. Maka, beliau tidak menetapkan fananya (akan binasanya) neraka dan tidak pula menetapakan kekalnya. Demikian kurang lebih pendapat Ibnu Qayyim yang panjang lebar, untuk lebih jelas dewan redaksi (majalah -ed.) As-Sunnah bisa mengeceknya pada kita Dr. Yusuf Qardhawi atau langsung kepada kitab dari Ibnu Qayyim. Yang saya tanyakan bagaimana yang benar dari permasalahan ini menurut aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Apakah benar adzab neraka itu tidak bersifat kekal? Kalau memang benar lalu apa bedanya orang Islam dengan orang kafir kalau sama-sama akan keluar atau terbebas dari adzab neraka. Kalau memang benar maka orang kafir akan tetap memilih pada kekafirannya, orang musyrik tetap memilih pada kemusyrikannya, tidak mau masuk Islam, karena toh akan keluar juga atau terbebas dari adzab neraka. Benarkah perkataan Ibnul Qayyim adalah seorang ulama Ahlus Sunnah yang besar. Mengapa pendapatnya bias berbeda dari aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang sepanjang yang saya ketahui mengatakan adanya kekekalan adzab neraka kekal bagi orang-orang kafir, orang-orang munafiq, orang-orang musyrik, dan bagi iblis, serta setan. Saya mohon agar dewan redaksi bisa menjawabnya melalui rubrik soal-jawab atau kalau perlu membahasnya secara khusus agar bisa hilang segala macam syubhat dan kerancuan tentang permasalahan ini.

Jawaban :

Dari pertanyaan (di atas -ed.), kami simpulkan ada tiga point yang memerlukan jawaban dan penjelasan.

 -Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah tetang kekalnya neraka dan siksa neraka.

- Apakah ulama belum ijma‘ tentang kekalnya neraka dan siksa neraka?

- Mengapa pendapat Ibnul Qayyim, yang merupakan seorang ulama besar Ahlus Sunnah, berbeda dengan aqidah di atas?

Maka, di sini akan kami sampaikan penjelasan hal-hal di atas. Namun karena jawaban ini memerlukan pembahasan yang panjang, maka insya Allah akan kami sampaikan secara bersambung.

Soal 1. Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah tentang kekalnya siksa neraka.

Ketahuilah, bahwa termasuk aqidah Ahlus Sunnah ialah meyakini kekalnya neraka dan kekalnya siksa neraka bagi orang-orang kafir.

Adapun orang-orang beriman yang masuk neraka, maka mereka tidak akan kekal di dalamnya. Mereka akan keluar darinya dan masuk ke dalam surga. Mereka juga meyakini kekalnya surga dan kekalnya kenikmatan surga bagi orang-orang yang beriman.

Sangat banyak dalil tentang kekalnya neraka dan kekalnya siksa neraka bagi orang-orang kafir, baik dari al-Qur’an, maupun as-Sunnah.

Dalil-dalil al-Qur’an

Imam Ahlus Sunnah, Ahmad bin Hanbal, dalam kitab ar-Raddu ‘Alaz Zanaqidah (Bantahan Terhadap Orang-orang Zindiq) menyebutkan pendapat Jahmiyah tentang binasanya surga dan binasanya neraka. Lalu beliau rahimahullah membantah kedua pendapat tersebut. Beliau rahimahullah menyebutkan ayat-ayat yang banyak tentang kekalnya surga. Kemudian, beliau rahimahullah membantah pendapat mereka tentang binasanya neraka dengan ayat-ayat di bawah ini (dinukil dari mukadimah Raf’ul At Taar Li Ibthali Adillatil Qallin Bi Fanain Nar, hal. 16, karya Imam Muhammad bin Ismail Al Amiir ash-Shan’ani, tahqiq Syaikh al-Albani. Ayat-ayat tersebut kami muat secara lengkap, tidak hanya kalimat yang dijadikan dalil saja, agar makna ayat lebih jelas):

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

وَ الَّذِيْنَ كَفَرُوا لَهُمْ نَارُ جَهَنَّمَ لاَ يُقْضَ عَلَيْهِمْ فَيَمُوتُوا وَلاَ يُخَفِّفُ عَنْهُم مِّنْ عَذَابِهَا كَذَلِكَ نَجْزِي كُلَّ كَفُورٍ

“Dan orang-orang kafir bagi mereka neraka Jahannam. Mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak (pula) diringankan dari mereka adzabnya. Demikianlah Kami membalas setiap orang yang sangat kafir.” (Qs. Fathir: 36).

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

وَالَّذِينَ كَفَرُوا بِئَايَاتِ اللهِ وَلِقَآئِهِ أُوْلَئِكَ يَئِسُوا مِن رَّحْمَتِي وَأُوْلَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan pertemuan dengan Dia, mereka putus asa dari rahmat-Ku, dan mereka itu mendapat adzab yang pedih.” (Qs. al-Ankabut: 23).

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

إِنَّ الْمُجْرِمِينَ فِي عَذَابِ جَهَنَّمَ خَالِدُونَ . لاَيُفَتَّرُ عَنْهُمْ وَهُمْ فِيهِ مُبْلِسُونَ . وَمَاظَلَمْنَاهُمْ وَلَكِن كَانُوا هُمُ الظَّالِمِينَ . وَنَادَوْا يَامَالِكُ لِيَقْضِ عَلَيْنَا رَبُّكَ قَالَ إِنَّكُم مَّاكِثُونَ

“Sesungguhnya, orang-orang yang berdosa kekal di dalam adzab neraka Jahannam. Tidak diringankan adzab itu dari mereka dan mereka di dalamnya berputus asa. Dan tidaklah Kami menganiaya mereka, tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. Mereka berseru, ‘Hai Malik, biarlah Rabb-mu membunuh kami saja.’ Dia menjawab, ‘Kamu akan tetap tinggal (di neraka ini).‘” (Qs. az- Zukhruf: 74-77).

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

وَبَرَزُوا لِلَّهِ جَمِيعًا فَقَالَ الضُّعَفَاؤُا لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا فَهَلْ أَنتُم مُّغْنُونَ عَنَّا مِنْ عَذَابِ اللهِ مِن شَىْءٍ قَالُوا لَوْ هَدَانَا اللهُ لَهَدَيْنَاكُمْ سَوَآءٌ عَلَيْنَآ أَجَزِعْنَآ أَمْ صَبَرْنَا مَالَنَا مِن مَّحِيصٍ

“Dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) akan berkumpul menghadap ke hadirat Allah, lalu bekatalah orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang sombong, ‘Sesungguhnya, kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatlah kamu menghindarkan daripada kami adzab Allah (walaupun) sedikit saja?’ Mereka menjawab, ‘Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri.’” (Qs. Ibrahim: 21).

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

إِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ أَهْلِ الْكِتَبِ وَالْمُشْرِكِيْنَ فِيْ نَارِ جَهَنَّمَ خَلِدِيْنَ فِيْهَآ أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ

“Sesungguhnya orang-orang kafir, yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik, (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.” (Qs. al-Bayyinah: 6).

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِئَايَاتِنَا سَوْفَ نُصْلِيهِمْ نَارًا كُلَّمَا نَضِجَتْ جُلُودُهُم بَدَّلْنَاهُمْ جُلُودًا غَيْرَهَا لِيَذُوقُوا الْعَذَابَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَزِيزًا حَكِيمًا

“Sesunguhnya, orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan adzab. Sesungguhnya, Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Qs. an-Nisa: 56).

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

إِنَّهَا عَلَيْهِم مُّؤْصَدَةٌ

“Sesungguhnya nereka (api) itu ditutup rapat atas mereka,” (Qs. al-Huzamah: 8).

Ayat-ayat di atas merupakan dalil-dalil yang dibawakan Imam Ahmad untuk membantah Jahmiyyah. Selain itu, ada ayat-ayat lain yang menunjukkan kekalnya neraka dan siksaannya bagi orang-orang kafir, sebagaimana dibawakan oleh Imam Ibnu Abil ‘Izzi al-Hanafi dalam Syarh Aqidah Ath Thahawiyyah, di antaranya:

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

وَقَالَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا لَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ كَمَا تَبَرَّءُوا مِنَّا كَذَلِكَ يُرِيهِمُ اللهُ أَعْمَالَهُمْ حَسَرَاتٍ عَلَيْهِمْ وَمَاهُمْ بِخَارِجِينَ مِنَ النَّارِ

“Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti, ‘Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami.’ Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali merekat tidak akan keluar dari api neraka.” (Qs. al-Baqarah: 167).

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْأَنَّ لَهُم مَّافِي اْلأَرْضِ جَمِيعًا وَمِثْلَهُ مَعَهُ لِيَفْتَدُوا بِهِ مِنْ عَذَابِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ مَا تُقُبِّلَ مِنْهُمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمُُ

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir sekiranya mereka mempunyai apa yang di bumi ini seluruhnya dan mempunyai yang sebanyak itu (pula) untuk menebus diri mereka dengan itu dari adzab hari kiamat, niscaya (tebusan itu) tidak akan diterima dari mereka, dan mereka beroleh adzab yang pedih. Mereka ingin keluar dari neraka padahal mereka sekali-sekali tidak dapat keluar daripadanya, dan mereka beroleh adzab yang kekal.” (Qs. al-Maidah: 36-37).

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا . إِنَّهَا سَآءَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا

“Dan orang-orang yang berkata, ‘Ya Rabb kami, jauhkan adzab Jahannam dari kami, sesungguhnya adzabnya itu adalah kebinasaan yang kekal. Sesungguhnya jhannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman.’” (Qs. al-Furqan: 65-66).

Dalil-dalil as-Sunnah

Selain ayat-ayat al-Quran di atas, para ulama Ahlus Sunnah juga membawakan hadits-hadits yang shahih tentang kekalnya nereka dan kekal siksanya. Di antaranya:

Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, di dalam hadits panjang tentang syafa’at:

فَأُخْرِجُهُمْ مِنَ النَّارِ وَأُدْخِلُهُمُ الْجَنَّةَ حَتَّى مَا يَبْقَى فِي النَّارِ إِلاَّ مَنْ حَبَسَهُ الْقُرْآنُ أَيْ وَجَبَ عَلَيْهِ الْخُلُودُ

“Maka aku mengeluarkan mereka (orang-orang beriman yang masuk neraka) dari neraka, sehingga tidak tersisa di dalam neraka, kecuali orang yang ditahan oleh al-Quran, yaitu orang yang pasti kekal (di dalam neraka).” (HR. Bukhari, Muslim, dan lainnya, dari Anas bin Malik).

Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

أَمَّا أَهْلُ النَّرِ الَّذِيْنَ هُمْ أَهْلُهَا أَهْلُهَا فَإِنَّهُمْ لاَ يَـمُوتُونَ فِيْهَا وَلاَ يَحْيَوْنَ وَلَكِنْ نَاسٌ أَصَابَتْهُمُ النَّرُ بِذُنُوبِهِمْ أَوْ قَالَ بِخَطَايَاهُمْ فَأَمَاتَهُمْ إِمَاتَة حَتَّى إِذَا كَانُوا فَحْمًا أُذِنَ بِالـشَّفَاعَةِ فَجِيءَ بِهِمْ ضَبَائِرَ ضَبَائِرَ فَبثوا عَلَى أَنْهَارٍ الْجَنَّةٍ ثُمَّ قِيْلَ يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ أَفِيْضُوا عَلَيْهِمْ فَيَنْبَتُونَ نَبَاتَ الْحِبَّةِ تَكُوْنُ فيْ حَمِيْلِ السَّـيْلِ

“Adapun ahli neraka yang mereka merupakan penduduknya, maka sesungguhnya mereka tidak akan mati di dalam neraka dan tidak akan hidup. Tetapi orang-orang yang dibakar oleh neraka dengan sebab dosa-dosa mereka, maka Dia (Allah) mematikan mereka. Sehingga apabila mereka telah menjadi arang, diberi izin mendapatkan syafaat. Maka mereka didatangkan dalam keadaan kelompok-kelompok yang berserakan. Lalu mereka ditebarkan di sungai-sungai surga, kemudian dikatakan, ‘Wahai penduduk surga tuangkan (air) kepada mereka!’ Maka, merekapun tumbuh sebagaimana tumbuhnya bijian yang ada pada aliran air.” (Lihat Fiqh as-Siyasah asy-Syariyyah, hal. 156, karya Syaikh Khalid bin Ali bin Muhammad al-Anbari; Al-Imamatul ‘Uzhma, hal. 199, Abdullah bin Umar bin Sulaiman ad-Damiji).

Mengomentari hadits ini, an-Nawawi menyatakan, “Adapun makna hadits ini, dan Allah lebih mengetahui terhadap makna hadits ini, bahwa orang-orang kafir, yang mereka adalah ahli (penduduk) neraka dan berhak kekal (di dalamnya). Tidak akan mati di dalamnya, dan tidak akan hidup dengan kehidupan yang memberikan manfaat dan nyaman dengannya sebagaimana firman Allah,

لاَيُقْضَى عَلَيْهِمْ فَيَمُوتُوا وَلاَيُخَفَّفُ عَنْهُم مِّنْ عَذَابِهَا

“Mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak (pula) diringankan dari mereka adzabnya.” (Qs. Fathir: 36).

Dan sebagaimana firman Allah,

ثُمَّ لاَ يَمُوتُ فِيْهَا وَلاَ يَحْيَى

“Kemudian, dia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup.” (Qs. al-A’la: 13).

Dan ini menurut jalan ahlul haq, bahwa kenikmatan surga itu abadi, dan siksaan terhadap orang-orang yang kekal di dalam neraka juga abadi (Shahih Muslim Syarah an-Nawawi, 2/41, penerbit Darul Hadits, Kairo, Cet. 5 Th 1422 H/2001 M ). Syaikh al-Albani berkata, “Dan sisi menunjukkan dalil hadits ini, bahwa hadits ini mengikuti al-Quran menyatakan dengan nyata, bahwa orang kafir tidak akan mati di dalam neraka dan tidak akan hidup. Jika dikatakan bahwa neraka akan binasa, maka kemungkinan akan dikatakan neraka akan binasa dengan orang-orang yang ada di dalamnya, sebagaimana itu yang segera dipahami jika dikatakan neraka binasa. Atau neraka saja yang akan binasa tanpa orang-orang yang ada di dalamnya. Maka, kedua kemungkinan itu batil.” (Raf’ul Astar, hal. 20, karya ash-Shan’ani, tahqiq al-Albani).

Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,,

يُجَاءَ بِالءمَوْتِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَأَنَّهُ كَبْشٌ أَمْلَحُ (زَادَ أَبُو كُرَيْبٍ) فَيُوقَفُ بَيْنَ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ (وَ اتَّفَقَا فِي بَاقِي الْحَدِيْثِ) فَيُقَالُ يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ هَلْ تَعْرِفُونَ هَذَا فَيَشْرَئِبُّونَ وَيَنْظُرُوْنَ وَيَقُوْلُونَ نَعَمْ هَذَا الْمَوْتُ قَالَ وَيُـقَالُ يَاأَهْلَ النَّارِ هَلْ تَعْرِفُوْنَ هَذَا قَالَ فَلْيَشْرَئِبُونَ وَيَنْظُرُونَ وَيَقُولُونَ نَعَمْ هَذَا المَوتُ قَالَ فَيُؤْمَرُب بِهِ فَيُذْبَحَ قَالَ ثُمَّ يُقَالُ يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ خُلُودٌ فَلاَ مَوْتَ وَيَا أَهْلَ النَّارِ خُلُودٌ فَلاَ مَوْتَ قَالَ ثُمَّ الْحَسْـرَةِ إِذْ قُضِيَ اْلأَمْرُ وَهُوَ فِيْ غَفْلَةٍ وَهُمْ لاَ يُئْمِنُونَ) وَ أَشَارَ بِيَدِهِ إِلَى الدُّنْيَا

“Pada hari Kiamat, kematian akan didatangkan seolah-olah kambing amlah (yang berwarna putih murni; atau warnanya putih dan hitam, dan yang dominan warna putihnya), (Abu Kuraib menambahkan) lalu dihentikan di antara surga dan neraka. (Kemudian kedua riwayat selafadz pada lanjutan hadits). Kemudian dikatakan, ‘Wahai penduduk surga, tahukah kamu ini?’ Lalu mereka mengangkat kepala (kepada penyeru itu) dan melihat, serta mengatakan, ‘Ya, itu kematian.’ Dan dikatakan, ‘Wahai penduduk neraka, tahukah kamu ini?’ Lalu mereka mengangkat kepala (kepada penyeru itu) dan melihat serta mengatakan, ‘Ya, itu kematian.’ Maka diperintahkan terhadap kematian (yang berujud kambing tersebut), lalu ia disembelih. Kemudian dikatakan, ‘Wahai penduduk surga, kekal, tidak ada kematian! Wahai penduduk neraka, kekal, tidak ada kematian!‘ Kemudian, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca,

وَأَنْذِرْهُمْ يَوْمَ الْحَسْـرَةِ إِذْقُضِيَ الاَمْرُ وَهُمْ فِي غُفْلَةٍ وَهُمْ لاَيُؤْمِنُونَ

“Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus. Dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula) beriman.” (Qs. Maryam: 39). Dan beliau mengisyaratkan dengan tangannya kepada dunia. (HR. Muslim, no. 2849, dari Abu Sa’id).

Syaikh al-Albani rahimahullah berkata, “Di dalam hadits ini terdapat dalil yang pasti atas batilnya anggapan mengenai binasanya neraka. Karena Dia menjadikan neraka seperti surga, tentang kekalan penduduk neraka dan apa yang mereka alami yang berupa siksaaan selama-lamanya. Sebagaimana surga, selamanya tidak akan binasa. Maka demikian juga neraka, tidak akan binasa selamanya. Dan semua itu nyata, insya Allah Ta’ala.” (Raf’ul Astar, hal. 21, karya ash-Shan’ani, tahqiq al-Albani). Dan masih banyak dalil-dalil lainnya. Namun, kami rasa semua keterangan di atas sudah lebih dari cukup untuk menetapkan perkara di atas.

Kesimpulan

Menurut madzhab Ahlus Sunnah Wal Jamaah, bahwa neraka itu kekal, tidak akan binasa. Penduduknya juga kekal di dalamnya. Tidak akan keluar dari neraka, keucali ahli tauhid yang mermaksiat. Adapun orang-orang kafir dan musyrik, maka mereka kekal di dalamnya.

Dengan demikian dapat diketahui, pendapat yang menyatakan bahwa neraka tidak kekal adalah pendapat yang batil.


 [Disalin dari  Majalah As-Sunnah, Edisi 5 Tahun VII, 1424 H – 2003 M]

Sumber : http://salafiyunpad.wordpress.com/2010/11/26/neraka-kekal/


Share

Comments (0)

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.